Sabtu, 02 Maret 2013

LP TBC


A.     Pengertian
Penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak diparu yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi (Mansjoer,1999)
Tuberculosis paru adalah merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi (isselbacker,1999).
Jadi tubercolusis paru atau koch pulmonal adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan mycobacterium tuberculosis dan pembentukan granuloma pada daerah yang terinfeksi dengan gejala yang bervariasi.

B.      Etiologi
Mycobacterium tuberculosis yangbberbentuk batang dan mempunyai sifat asam (Price.1995).

C.     Tanda dan gejala
1.      Sistemik
a.          Malaise
b.         Anoreksia
c.          Berat badan menurun
d.         Keringat malam
e.          Akut :
1).     Demam tinggi seperti flu
2).     Menggiggil
f.          Kronis
1).     Demam akut
2).     Sesak nafas
3).     Sianosis



2.      Respiratorik
a.          Batuk lebih dari 2 minggu
b.         Riak mukoid / mukopurulen
c.          Nyeri dada
d.         Batuk darah
e.          Nyeri pleuritik
f.          Sesak nafas
g.         Gejala meningeal
1).     Nyeri kepala
2).     Kaku kuduk

D.     Cara penularan
1.      Langsung
Kontak dengan penderita
2.      Tidak langsung
Bakteri yang ada diudara menginfeksi host baru yang daya tahan tubuhnya rendah sehingga mudah terinfeksi

E.      Patofisiologi
Basil tuberculosa mula-mula memasukimparu atau tempat lain pada individu yang sehat kemudian menimbulkan respon peradangan non spesifik dengan sedikit atau sama sekali tanpa gejala.
Basil yang menyebqabkan peradangan tersebut kemudian berada dalam ruang alveolus dan dapat juga meningkatkan metabolisme tubuh sehingga akan terjadi peningkatan kebutuhan terhadap energi. Setelah itu klien akan mengalami gejala batuk, malaise, anokresia dan mual. Di samping basil tuberculosis membengkitkan peradangan, basil tersebut dapat menjadi aktif dalam bentuk droplet muda yang tersebar diudara saat klien batuk maupun bicara.


Alveoli yang terserang akan mmengalami atau timbul gejala pneumonia. Kemudian bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel basil menjadi infeksi lesi primer kemudian difagosit oleh makrofag. Nekrosis bagian sentral dibawah kelenjar limfe regional. Lesi mamberikan gambaran yang relatif padat dan seperti kayu/perkejuan.
Hal ini akan menyebabkan penumpukan sekresi dalam paru, lesi primer dan kelenjar limfe mengalami fibrosis lalu menjadi jaringan parut dan mengalami pengapuran. Fibrosis pada paru tersebut menjadikan berkurangnya jumlah jaringan paru fungsional,pengembangan paru kurang maksimal dan jumlah oksigen yang masuk berkurang.
Apabila daya tahan tubuh kuat maka komplek primer dapat sembuh dengan sendirinya, namun bila daya tahan tubuh lemah maka akan timbul fokus reinfeksi endogen yang menyebabkan kembalinya efektifitas lesi. Basil dalam lesi kembalidalam lesi di fagosit oleh makrofag dibawa kekelenjar limfe dan saluran darah menimbulkan penyebaran yang luas yang bisa mnyebabkan tuberculosis milien (Price,1999).

F.      Diagnosis
1.      Pemeriksaan fisik
a.          Tanda-tanda adanya infiltrasi luas atau konsolidasi, terdapat fremitus mengeras, perkusi redup, suara napas bronkial dengan atau tanpa ronki
b.         Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum atau pleura dada asimetris, pergerakan napas yang tertinggal, pergeseran dari batas-batas diafragma, jantung, suara nafas melemah dengan atau tanpa ronki.
c.          Tanda-tanda kavitas yang berhubungan dengan bronkus, suara amforik
d.         Sekret disaluran nafas : ronki basah / kering
Lokasi kelainan : walaupun lesi tuberkulosis mempunyai predileksi di puncak paru, namun kelainan dapat terjadi pada semua bagian paru.
2.      Pemeriksaan laboratorik
a.          Anemia terutama bila penyakit berjalan menahun
b.         Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
c.          Laju endap darah (LED) meningkat terutama pada fase akut dan umumnya nilai-nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
d.         Kelainan pada darah tepi adalah tidak khas dan tidak sensitif.
3.      Pemeriksaan radiologi
a.          Bayangan lesi Radiologi yang terletak dilapangan atas paru
b.         Bayangan yang berawan (patchy) atau bercak (Noduler)
c.          Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d.         Adanya kalsifikasi
e.          Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat dilapangan atas paru
f.          Bayangan yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu
g.         Bayangan milier
4.      Pemeriksaan bakteriologik sputum
Ditemukan kuman Mikrobakterium Tuberkulosis dari dahak.
5.      Uji tuberkulin
Hasil positif pada orang dewasa kurang bernilai.

G.     Diagnosis Banding
1.       Pnemonia
2.       Pneumokoniosis
3.       Bronkhiektasis
4.       Abses paru
5.       Tumor paru
6.       Jamur
7.       Sarkoidosis

H.     Penatalaksanaan
Secara garis besar penatalaksanaan TBC dibagi menjadi 2 yaitu farmakologi dan nonfarmakologi
Pengobatan penderita farmakologi
1.      Kategori I
Obat 2HRZE / 4H3R3
a.          Untuk kasus baru
b.         BTA (-)
c.          Hasil rongsen (+) / Extra Pulmoner
2.      Kategori II
Obat 2 HRZES / 1 HRZE / 5 H3R3E3
a.          Kasus kambuh BTA (+)
b.         Kasus gagal pengobatan
3.      Kategori III
Obat 2HRZ / 4H3R3
a.          Kasus BTA (-)
b.         Rongsen (+) Þ klinis
c.          Kasus extra pulmoner ringan
Nonfarmakologi
1.       Modifikasi diet : banyak makan makanan yang bergizi (diet TKTP)
2.       Mengurangi aktivitas berlebihan
3.       Hindari merokok dan minum alkohol
4.       Jika terjadi sesak duduk semifowler dan latihan batuk efektif

















I.       
Mycobakterium Tuberculosis
 
Pathway



 





























J.       Asuhan Keperawatan
1.       Pengkajian
a.          Tanda dan gejala
1).     Aktivitas
Gejala           :   Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek, kesulitan tidur pada mmalam atau demam malah hari, menggiggil dan atau berkeringat, mimpi buruk.
Tanda            :   takhikardia, takhipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak
2).     Integritas ego
Tanda            :   Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas
Gejala           :   adanya / faktor stres lama, masalah keuangan rumah. Perasaaan tidak berdaya, tidak ada harapan, populasi / budaya , etnik.
3).     Makanan / cairan
Tanda            :   turgor kulit buruk, kering / bersisik, kehilangan otot/ hilang lemak subkutan
Gejala           :   Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan bear badan.
4).     Nyeri / kenyamanan
Tanda            :   Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah
Gejala           :   Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
5).     Pernapasan
Tanda            :   Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan pernapasan tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas : menurun/ tidak ada secara bilteral atau unilateral (Effusi pleural/ pneumothorak). Bunyi napas tubuler dan atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (Krekel Posttussic) karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid atau bercak carah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik), tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental.
Gejala           :   Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TB / terpajan pada individu terinfeksi.
6).     Keamanan
Tanda            :   Demam rendah atau sakit panas akut
Gejala           :   Adanya kondisi penekanan imun
7).     Interaksi sosial
Gejala           :   Perasaan isolasi / penolakan karena menular, perubahan pola biasa dalam tanggungjawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
8).     Penyuluhan / pembelajaran
Gejala           :   riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/ kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.

K.     Diagnosa dan Intervensi

Diagnosa 1 :
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar-kapiler, Sekret kental, tebal, Edema bronkial.
Intervensi :
Rasional :
1.      Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan pernapasan dan ekpansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu / penggunaan otot bantu / pelebaran nasal

2.      Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas adventisius




3.      Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan ambulasi sesegera mungkin

4.      Observasi pola batuk dan karakter sekret

5.      Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk

1.      Kecepatan kebiasaan meningkat. Dispne dan terjadi peningkatan kerja napas. Pada awal atau hanya tanda EP sub akut) kedalaman pernafasan bervaariasi tergantung derajat sesak nafas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan nyeri pleuritis
2.      Bunyi nafas menurun / tidak ada bila jalan napas terdpat ronchi atau whezing.



3.      Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. Pengubahan posisi dan ambulasi meningkatkan pengisin udara segmen paru berbeda sehingga memperbaiki difusi gas.
4.      Kongesti alveoli mengakibatkan batuk kering / iritasi.
5.      Dapat meningkatkan / banyak sputum dimana gangguan ventilai dan ditambah ketidaknyamanan berlebihan

Diagnosa 2
Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
Intervensi :
Rasional :
-       Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.
-       Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.
-       Catat kemampuan mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
-       Pengeluaran sulit bisa sekret sangat tebal (misal : efek infeksi dan / tidak adekuat hidrasi). Sputunm berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi paru) atau luka bronkial dan dapat memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
-       Berikan pasien posisi semi / fowler tinggi. Bantu pasien utnuk batuk dan latihan nafas dalam.
-       Posisi membantu memaksimalkan ekpansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.

-       Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai keperluan.
-       Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.
-       Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari kecuali kontra indikasi.
-       Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.
-       Lembabkan udara / oksigen inspirasi. Beri obat sesuai indikasi :
-       Mencegah pengeringan membran mukosa : membantu pengenceran sekret.
-      Agen mukolitik ; asetilsistein
-       Agen mukolitik menurunkan kekentalan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.
-      Brankodilatae, akstrefilm, teafilin
-       Bronkidilatae meningkatkan ukuran lumen percabang trakeobronkoli, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
-      Keatikosteroid
-       Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksia dan bila respon inflamasi mengancam hidup.
-       Bersihkan untuk atau membantu intubasi darurat.
-       Inkubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenetik TB dengan edema laring / perdarahan paru akut.
Diagnosa 3 :
Nutrisi kurangd ari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang dari kebutuhan tubuh, anorexia.
Intervensi :
Rasional :
-       Catat nurisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan / ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual / muntah atau diare. 
-       Berguna dalam mendefinsikan derajat / luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
-       pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai / tidak disukai
-       membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan / kekuatan khusus, pertimbangkan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
-       awasi masukan / pengeluaran dan berat badan secara periodik
-       Berguna dalam mengukur keefktian nutrisi dan dukungan cairan.
-       Selidiki anareksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan hubungan obat. Awasi frekuensi, volume konsistensi feses.
-       Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan / penggunaan nutrient.
-       Dorong dan berikan periode istirahat sering.
-       Membantu menghemat energi, khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
-       berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
-       Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
Diagnose 4
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai oksigen / kebutuhan, Kelemahan umum, Tirah baring lama / immobilisasi
Intervensi :
Rasional :
-       Anjurkan pasien / keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawat di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
-       Mengidentifikasi area perhatinyna dan memudahkan cara pemecaha masalah.
-       berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membantu sepenuhnya terhadap pasien.

-       Meningkatkan perasaan terlibat dan memberikan kesempatan keluarga untuk memecahkan masalah untuk membantu mencegah terulangnya (kambuhnya) penyakti pada pasien tersebut.
-       Tentukan tujuan / harapan dari pasien / keluarga.
-       Harapan yang realistik atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasan frustasi / kehilangan kontrol diri dan mungkin menganggu kemampuan koping.
-       Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan perawatannya, seperti ambulasi, waktu beraktifitas, dan seterusnya.
-       Mengkomunikasikan pada pasien bahwa beberapa pengendalian dapat dilatihan pada saat perawatan dilakukan.
-       berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukan.
-       Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.





















DAFTAR PUSTAKA


   Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC. Jakarta.

   Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans. Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.
   Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.
   Carpenito, Lynda Juall, (2000). Buku saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa. Edisi 8. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar