A. Masalah Utama:
Perubahan sensori perceptual : halusinasi
B. Proses Terjadinya
Masalah
Halusinasi adalah
gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali
beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya,
padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan diri
secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah,
rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak
dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri.
Halusinasi timbul
tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala yang hampir tidak
dijumpai pada keadaan lain.
Secara umum dapat
dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri (self esteem) dan keutuhan keluarga dapat merupakan penyebab
terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap harga diri dan keutuhan keluarga
meningkatkan kecemasan. Gejala dengan meningkatnya kecemasan, kemampuan untuk
memisahkan dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan
dengan perasaan sendiri menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan
proses rasionalisasi tidak efektif tagi. Hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi
membedakan mana rangsangan yang berasal dari pikirannya sendiri dan mana yang
dari lingkungannya.
Pasien dengan
halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan
pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri,
secara tiba‑tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan
seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang
halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
C. 1. Pohon Masalah
Resiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan
|
Isolasi social : menarik diri
2. Masalah
Keperawatan dan data yang perlu dikaji
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
a.
Data Subyektif :
§ Mendengar suara bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
§ Melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
§ Mencium bau tanpa stimulus
§ Merasa makan sesuatu
§ Merasa ada sesuatu pada kulitnya
§ Takut pada suara/bunyi/gambaran yang didengar
§ Ingin memukul/melempar barang – barang
b.
Data Obyektif :
§ Berbicara dan tertawa sendirl
§ Bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
§ Berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
§ Disorientasi
D. Diagnosa
Keperawatan
a.
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi
b.
Perubahan sensori perceptual
: halusinasi berhubungan dengan menarik diri
E. Rencana Tindakan
a.
Tujuan Umum
Klien tidak
mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b.
Tujuan Khusus
1.
Membina hubungan
saling percaya
Tindakan :
1.1
Salam terapeutik ‑
perkenalkan diri ‑ jelaskan tujuan – ciptakan lingkungan yang tenang ‑ buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat, topik)
1.2
Beri kesempatan
mengungkapkan perasaan
1.3
Empati
1.4
Ajak membicarakan hal ‑
hal nyata yang ada di lingkungan
2.
Klien dapat mengenal
halusinasinya
Tindakan :
2.1
Kontak sering dan
singkat
2.2
Observasi tingkah laku yang terkait
dengan halusinasi (verbal dan non
verbal)
2.3
Bantu mengenal
halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara yang didengar ‑ apa yang
dikatakan oleh suara itu Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara
itu, tetapi perawat tidak mendengamya. Katakan bahwa perawat akan membantu.
2.4
Diskusi tentang
situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu, frekuensi teriadinya halusinasi
serta apa yang dirasakan jika teriadi halusinasi
2.5
Dorong untuk
mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul
3.
Klien dapat mengontrol
halusinasinya
Tindakan :
3.1
Identifikasi bersama
tentang cara tindakan jika teriadi halusinasi
3.2
Diskusikan manfaat
cara yang digunakan klien dan cara baru untuk mengontrol halusinasinya
3.3
Bantu memilih dan
melatih cara memutus halusinasi : bicara dengan orang lain bila muncul
halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara tersebut “saya tidak mau dengar!”
3.4
Tanyakan hasil upaya
yang telah dipilih / dilakukan
3.5
Beri kesempatan
melakukan cara yang telah dipilih dan beri pujian jika berhasil
4.
Klien dapat dukungan
dari keluarga
Tindakan :
4.1
Beri pendidikan
kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala, cara memutus halusinasi, cara
merawat, informasi waktu follow up
atau kapan perlu mendapat bantuan
4.2
Beri reinforcement
positif atas keterlibatan keluarga
5.
Klien dapat menggunakan
obat dengan benar
Tindakan :
5.1
Diskusikan tentang
dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping minum obat
5.2
Bantu menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar (nama, pasien, obat, dosis, cara dan waktu)
5.3
Anjurkan membicarakan
efek dan efek samping obat yang dirasakan
5.4
Beri reinforcement
positif bila klien mintun obat yang benar
Semarang, September
2005
Pembimbing
Praktikan,
Bambang Edi Warsito, SKp Agus Cahyono, S,Kep
NIP:
140 239 056 NIM G6B 205 003
DAFTAR PUSTAKA
Azis
R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa.
Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Boyd
MA, Hihart MA. Psychiatric nursing :
contemporary practice. Philadelphia
: Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat
BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart
GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan
jiwa. Edisi 3. Jakarta
: EGC. 1998
Tim
Direktorat Keswa. Standar asuhan
keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung
: RSJP Bandung.
2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar