Jumat, 11 Januari 2013

LP MIOMA UTERI




A.    Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah suatu neoplasma jinak dari lapisan miometrium atau otot rahim yang bersifat konsistensi padat dan kenyal serta berbatas tergas dan mempunyai pseudokapsul (Hanifa Wignyo Sastro, 1994).

B.     Etiologi
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, Sarwono 1994 ; 282 ).
Namun demikian, beberapa factor yang dapat menjadi factor pendukung terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi factor pencetus dari terjadinya myoma uteri adalah adanya sel yang imatur dan terjadi pada grandemultipara.

C.    Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus dapat di bagi menjadi tiga jenis yaitu :
1.      Mioma Submukosum
Mioma ini berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai dan menjadi polip, kemudian dapat dilahirkan melalui saluran serviks ( Myoma geburt).
2.      Mioma Intramural
Yaitu mioma yang berada di dinding uterus di antara serabut miometrium
3.      Mioma Subserosum
Mioma jenis ini tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari urerussehingga sering disebut sebagai mioma wondering/ Parasitic Fibroid.
Jarang sekali ditemukan hanya satu macam mioma saja dalam uterus. Mioma yang tumbuh pada serveks uteri dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga ostium uteri nampak berbentuk bulan sabit.

D.    Manifestasi Klinis
Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang myoma itu berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi ( Sarwono, 1999 ).
Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :
  1. Tumor massa, dibawah perut
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
  1. Perdarahan yang abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea, menorragi, dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang menjdi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
a.       Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
b.      Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.
c.       Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
d.      Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
  1. Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan
  1. Gejala dan Tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat moma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
  1. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan atau menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
E.     Penatalaksanaan
Rawat inap darurat diindikaikan apabila perdarahan mengancam jiwa atau nyeri akut abdomen. Perencanaan tata laksana harus disesuaikan dan spesifik atas pertimbangan : keparahan gejala, keinginan mempunyai anak di kemudian hari, dan ukuran tumor.
  1. Kuretagge endometrium
Dapat mengidentifikasi kelainan pada endometrium dan menyingkirkan kemungkinan keganasan endometrium. Apabila leiomioma ukurannya kecil, tidak mengubah rongga endometrium dan apabila endometrium menunjukkan perdarhan anvoluntair maka dapat dipertimbangkan untuk menekanovarium dengan tablet kombinasi estrogen-progestrin. Hormon – _ystem_ tersebut harus digunakan dengan hati-hati, karena dapat membangkitkan leiomioma yang sudah ada.
  1. Pengobatan operatif ( Miomektomi dan Histerektomi )
Miomektomi dianjurkan apbila pasien hendak mempertahankan atau meninkatkan potensinya untuk hamil.
Histerektomi merupakan pengobatan definitive untuk gejala yang persisten. Namun, hiterektomi dianjurkan bagi pasien-pasien simptomatik yang tidak lagi menghendaki anak di kemudian hari.
  1. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif.
F.     Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin, Lekosit, Eritrosit, Albumin.
2.      USG.
Terlihat massa pada daerah uterus.
3.      Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4.      Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5.      Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
6.      ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.
G.  Komplikasi
1.      Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak membesar, menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
2.      Torsi (putaran tangkai )
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3.      Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
H.    Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak disbanding miometrium normal. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan humanual akan mengungkapkan tumor pada uterus, yang umumnya terletak digaris tengah ataupun agak kesamping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Menurut letaknya mioma terdiri dari :
  1. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus
  2. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde
  3. Mioma submukosum kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis dan tersanya benjolan pada permukaan kavum uteri.
Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, factor keturunan juga berperan. Mioma uteri terdiri dari otot [olos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi : atrofi, degenerasi membatu, degenari merah, degenerasi kestik, dan degenerasi lemak.

I.       Pathways
 



















J.      Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka operasi atau tindakan invasif.
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang.
Kriteria hasil    :
-          Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol
-          Klien merasa nyeri berkurang atau hilang
-          Klien dapat istirahat dengan tenang dan tampak rileks
-          Tanda fisik nyeri tidak ada
Intervensi :
a.       Kaaji derajat ketidaknyamanan melalui isyarat verbal dan non verbal, perhatikan pengaruh budaya dan respon nyeri.
R/ : tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa lalu, memahami perubahan fisiolagis dan latar belakang budaya
b.      Catat karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri.
R/ : untuk kebutuhan atau efektifitas intervensi
c.       Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
R/ : dapat mengidentifikasi rasa sakit akut dan ketidaknyamanan
d.      Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi
R/ : ketidaknyamanan mungkin disebabkan atau diperburuk dengan penekanan pada pemasangan kateter, pemasangan infuse.
e.       Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
R/ : pahami penyebab ketidaknyamanan
f.       Lakukan posisi sesuai petunjuk misalnya, semifowler atau miring
R/ : mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung atritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
g.      Dorong menggunakan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
R/ : lepaskan tegangan otot, tingkatkan perasaan control yang mungkin  dapat meningkatkan kemampuan koping.
h.      Berikan obat analgesik sesuai petunjuk
R/ : analgesik akan segera mencapai pusat rasa sakit, menimbulkan penghilangan yang lebih efektif.
  1. Resiko gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d pembatasan pemasukan peroral.
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 3x24 jam volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil    : Mempertahankan atau menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh keluaran urine yang adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
a.       Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membrane mukosa, turgor kulit.
R/ : indikasi keadekuatan volume sirkulasi. Hipotensi ortostatikdapat terjadi dengan resiko jatuh atau cidera segera setelah perubahan posisi.
b.      Awasi jumlah dan tipe masukan cairan. Ukur haluaran urine dengan akurat.
R/ : pasien tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kaloriyang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
c.       Identifikasi rencana untuk meningkatkan atau mempertahankan kesimbangan cairan optimal misalnya jadwal masukan cairan.
R/ : melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan.
d.      Kaji hasil tes elektrolit
R/ : perpindahan cairan elektrolit, penurunan fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi penyembuhan pasien atau prognosis dan memerlukan intervensi tambahan.
e.       Berikan atau awasi hiperaligmentasi IV
R/ : tindakan darurat untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairn atau elektrolit.
  1. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tidak adekuat.
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil    : pola diet dengan masukan kalori adekuat untuk meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi        :
a.       Kaji peristaltik usus halus klien
R/ : kembalinya peristaltik usus menandakan keadekuatan system gastrointestinal setelah diistirahatkan karena anestesi.
b.      Pantau keadekuatan intake perparenteral
R / : pengganti masukan peroral melalui perparenteral selama bising usus belum kembali normal
c.       Berikan masukan peroral bila peristaltik baik dan tidak ada kontra indikasi
R / : latihan dimulai dari yang halus sampai akhirnya yang lebih kasar
  1. Resiko terhadap infeksi b.d kerusakan kulit akibat pembedahan.
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi dapat teratasi.
Kriteria hasil    : meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi / inflamasi.


Intervensi        :
a.       Kaji tanda dan gejala infeksi
R / : untuk menegakkan suatu intervensi
b.      Rawat luka dengan prosedur aseptic
R/  : menurunkan resiko infeksi
c.       Awasi tanda-tanda vital. Perhatikan demam,menggigil dan lain-lain.
R/  : dugaan adanya infeksi
d.      Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi
R/  : untuk menurunkan penyebaran infeksi
  1. Risiko tinggi gangguan perfusi jaringan b.d perdarahan pasca operasi
Tujuan             :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil    : tanda-tanda vital stabil, adanya denyut nadi perifer yang kuat, kulit hangat, kesadaran normal.
a.       Pantau tanda vital
R/ : indicator keadekuatan perfusi sistemik, kebutuhan cairan atau darah.
b.      Inspeksi balutan dan pembalut perineal, perhatikan warna dan jumlahnya.
R/ : memperkirakan pembalut darah besar untuk sisi operasi dan atau potensial perubahan mekanisme pembekuan.
c.       Ubah posisi secara perlahan ditempat tidur dan pada saat pemindahan
R/ : mekanisme vasokonstriksi ditekan dan akan bergerak dengan cepat pada kondisi hipotensi
d.      Bantu dengan ambulasi awal
R/ : meningkatkan sirkulasi dan mengembalikan fungsi normal organ
e.       Cegah dengan menggunakan bantal yang diletakkan dibawah lutut. Ingatkan pasien agar tidak menyilangkankaki atau duduk dengan kaki tergantung lama
R/ : mencegah terjadinya sirkulasi vena statis dan menurunkan risiko tromboflebitis
f.       Kaji ekstremitas bagian bawah seperti adanya eritema, tanda Homan positif
R/ : sirkulasi mungkin harus dibatasi untuk beberapa posisi selama proses operasi, sementara itu obat-obatan anestesi dan menurunkanaktivitas dengan mengganggu tojisitas vasomotor, kemungkinan bendungan vaskuler dan peningkatan risiko pembentukan thrombus.
g.      Kolaborasi pemberian cairan IV atau produk-produk darah sesuai kebutuhan.
R/ : mempertahankan volume sirkulasi mendukung terjadinya perfusi jaringan. 
  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya interupsi mekanis pada kulit tau jaringan.
Tujuan             : seterlah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam integritas kulit dapat teratasi
Kriteria hasil    : Terjadi penyembuhan luka Mendemonstrasikan tingkah laku / teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah koplikasi.
Intervensi        :
a.       Beri penguatan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptic yang ketat.
R/ : Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi.
b.      Secara hati-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut padawaktu mengganti.
R/ : Mengurangi risiko trauma kulit dan gangguan pada luka
c.       Gunakan sealant/barier kulit sebelum  perekat jika diperlukan. Gunakan perekat yang halus/ silk (hipoalergenik) untuk membalut luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering.
R/ : Menurunkan resiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus.
d.      Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat incisi menuju ke tepi dati balutan luka. Hindai menutup pada seluruh ekstremitas.
R/ : Dapat mengganggu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal dari ekstremitas.
e.       Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
R/ : Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius
f.       Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
R/ : Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus atau adanya eksudat yang bau menunjukkan terjadinya komplikasi
g.      Pertahankan ketepatan salran pengeluaran cairan, berikan kantong penampung cairan pada drain/insisi yang mengalami pengeluaran yang berbau.
R/ : Failitasi letak kantong dekat luka, menurunkan risiko terjadinya infeksi dan kecelakaan secara kimiawi pada jaringan / kulit
h.      Tinggikan daerah opersi sesuai dengan kebutuhan.
R/ : Meningkatkan pengembalian aliran vena dan menurunkan pembentukan edema.
i.        Tekan arealatau insisiabdominal dan dada dengan menggunakan bantal selama batuk atau bergerak.
R/ : Menetralisasi tekanan pada luka, meminimalkan risiko terjadinya ruptur/dehidens
j.        Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh daerah luka
R/ : Mencegah kontaminasi luka
k.      Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin tutup dengan kain kasa tipis/bantalan sesuai kebutuhan.
R/ : Membantu mengeringkan luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka. Pemberian cahaya mungkindiperlukan untuk mencegah iritasi bila tepi luka/sutura bergesekan dengan pakaian/linen.
l.        Bersihkan permukaan kulit dengan menggunakan hidogen peroksida atau dengan air yang mengalir dan sabun lunak setelah daerah insisi ditutup.
R/ : Menurunkan kontaminasi kulit, membantu dalam membersihkan eksudat.
m.    Berikan es pada daerah luka jika dibutuhkan.
R/ : Menurunkan pembentukan edema yang mungkin menyebabkan tekanan yang tidak dapat diidentifikasi pada luka selama periode pasca opersi tertentu.
n.      Gunakan korset pada abdomen bila dibutuhkan.
R/ : Memberi pengencangan tambahan pada insisi yang berisiko tinggi ( misalnya pada pasien yang obesitas
o.      Iriigasi luka dengan menggunkana debridement sesuai kebutuhan.
R/ : Membuang jaringan nekrotik/luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
p.      Tingkatkan tirah baring atau duduk. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi pengunjung sesuai keperluan.
R/ :Meningkatkan ketenagan dan istirahat. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
q.      Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ : Meingkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan.
  1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam tidak terjadi intoleransi aktifitas
Kriteria hasil    : Menunjukkan teknik/ perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas, melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi        :
a.       Tingkatkan tirah baring atau duduk. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi pengunjung sesuai keperluan.
R/ :Meningkatkan ketenagan dan istirahat. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
b.      Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ : Meingkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan risiko kerusakan jaringan.
c.       Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif
R/ : Meningkatkan ketenagan dan istirahat. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
  1. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan mempunyai anak.
Tujuan             : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam harga diri meningkat
Kriteria hasil    : Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh
Intervensi        :
a.       Dorong penggunaanteknik manajemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat, contohnya menonton TV, mendengarkan radio atau membaca.
R/ : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kemabali perhatian dan dapt meningkatkan koping.
b.      Berikan waktu untuk mendengarkanmasalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat. Diskusikan persepsi diri pasien sehubungan denganantisipasi perubahan dan pola hidup khusus.
R/ : Memberikan minat dan perhatian; memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahn konsep, contoh wanita tajut kehilangan kewanitaannya dan seksualitasnya, peningkatan berat badan dan perubahan tkarena menopause.
c.       Kaji strss emosi klien. Identifikasi kehilangan pada klien / orang terdekat. Dorong klien untuk mengekspresikan dengan tepat.
R/ : Perawat perlu menyadari apakah arti tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari tindakan kurang hati-hati atau terlalu menyendiri. Wanita merasa takut akan ketidakmampuan memenuhi peran reproduksi dan mengalami kehilangan.
d.      Berikan informasi akurat, kuatkan informasi yang didapat sebelumnya.
R/ : Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi.
e.       Ketahui kekuatan individu, dan identifikasi perilaku koping positif sebelumnya.
R/ : Membantu dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi klien untuk digunakan dalam situasisaat ini.
f.       Berikan lingkungan terbuka pada klien untuk mendiskusikan masalah seksualitas.
R/ : Meningkatkan saling berbagi keyakinan / nilai tentang subyek sensitive dan mengidentifikasi kesalahan konsep/ mitos yang dapt mempengaruhi penilaian situasi
g.      Perhatikan perilaku menarik diri, menganggap diri negatif, penggunaan penolakan atau terlalu memasalahkan perubahan actual/ yang ada.
R/ : Mengidentifikasi tahap kehilangan/ kebutuhan intervensi.
h.      Rujuk konseling ke professional sesuai kebutuhan ( kolaborasi
R / : Mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi perasan kehilangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar