A.
Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah suatu neoplasma jinak dari lapisan miometrium
atau otot rahim yang bersifat konsistensi padat dan kenyal serta berbatas
tergas dan mempunyai pseudokapsul (Hanifa Wignyo Sastro, 1994).
B.
Etiologi
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang mengutarakan bahwa terjadi mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang
selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo,
Sarwono 1994 ; 282 ).
Namun demikian, beberapa factor yang dapat menjadi factor pendukung
terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda,
genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi factor pencetus dari
terjadinya myoma uteri adalah adanya sel yang imatur dan terjadi pada
grandemultipara.
C.
Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus dapat di
bagi menjadi tiga jenis yaitu :
1.
Mioma Submukosum
Mioma ini berada
di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum
dapat tumbuh bertangkai dan menjadi polip, kemudian dapat dilahirkan melalui
saluran serviks ( Myoma geburt).
2.
Mioma Intramural
Yaitu mioma yang
berada di dinding uterus di antara serabut miometrium
3.
Mioma Subserosum
Mioma jenis ini
tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus dan
diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan
lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
urerussehingga sering disebut sebagai mioma wondering/ Parasitic Fibroid.
Jarang sekali
ditemukan hanya satu macam mioma saja dalam uterus. Mioma yang tumbuh pada
serveks uteri dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga ostium uteri
nampak berbentuk bulan sabit.
D.
Manifestasi Klinis
Adanya myoma tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma sering
ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang
ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang myoma itu berada, besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi ( Sarwono, 1999 ).
Adapun tanda-tanda yang umumnya terjadi adalah :
- Tumor massa, dibawah perut
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya gejala ini.
- Perdarahan yang abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenorea,
menorragi, dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa factor yang menjdi
penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :
a.
Pengaruh ovarium sehingga
terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
b.
Permukaan endometrium yang
lebih luas dari pada biasa.
c.
Atrofi endometrium di atas
mioma submukosum.
d.
Miometrium tidak dapat
berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium,
sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
- Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang myoma, yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan
- Gejala dan Tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat moma uteri. Penekanan
pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan
retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
- Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan
atau menutup pars interstitial tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan
terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.
E.
Penatalaksanaan
Rawat inap darurat diindikaikan apabila perdarahan mengancam jiwa
atau nyeri akut abdomen. Perencanaan tata laksana harus disesuaikan dan
spesifik atas pertimbangan : keparahan gejala, keinginan mempunyai anak di
kemudian hari, dan ukuran tumor.
- Kuretagge endometrium
Dapat
mengidentifikasi kelainan pada endometrium dan menyingkirkan kemungkinan
keganasan endometrium. Apabila leiomioma ukurannya kecil, tidak mengubah rongga
endometrium dan apabila endometrium menunjukkan perdarhan anvoluntair maka
dapat dipertimbangkan untuk menekanovarium dengan tablet kombinasi
estrogen-progestrin. Hormon – _ystem_ tersebut harus digunakan dengan
hati-hati, karena dapat membangkitkan leiomioma yang sudah ada.
- Pengobatan operatif ( Miomektomi dan Histerektomi )
Miomektomi
dianjurkan apbila pasien hendak mempertahankan atau meninkatkan potensinya
untuk hamil.
Histerektomi merupakan
pengobatan definitive untuk gejala yang persisten. Namun, hiterektomi
dianjurkan bagi pasien-pasien simptomatik yang tidak lagi menghendaki anak di
kemudian hari.
- Radioterapi
Tindakan ini
bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra
indikasi untuk tindakan operatif.
F.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin,
Lekosit, Eritrosit, Albumin.
2.
USG.
Terlihat massa
pada daerah uterus.
3.
Vaginal Toucher
Didapatkan
perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4.
Sitologi
Menentukan
tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5.
Rontgen
Untuk mengetahui
kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
6.
ECG
Mendeteksi
kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi.
G. Komplikasi
1.
Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun tidak
membesar, menjadi besar apabila hal itu terjadi sesudah menopause
2.
Torsi (putaran tangkai )
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran.
Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut
dengan nekrosis jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3.
Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan bari vagina, dalam hal ini
kemungkinan gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
H.
Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak
disbanding miometrium normal. Seringkali penderita mengeluh akan rasa berat dan
adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan humanual akan
mengungkapkan tumor pada uterus, yang umumnya terletak digaris tengah ataupun
agak kesamping, seringkali teraba berbenjol-benjol. Menurut letaknya mioma
terdiri dari :
- Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus
- Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde
- Mioma submukosum kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk kedalam kanalis servikalis dan tersanya benjolan pada permukaan kavum uteri.
Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, factor
keturunan juga berperan. Mioma uteri terdiri dari otot [olos dan jaringan ikat
yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul. Perubahan sekunder pada
mioma uteri sebagian besar bersifat degeneratif karena berkurangnya aliran
darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi : atrofi, degenerasi membatu,
degenari merah, degenerasi kestik, dan degenerasi lemak.
I.
Pathways
J.
Diagnosa Keperawatan dan
Intervensi
- Gangguan rasa nyaman nyeri b.d luka operasi atau tindakan invasif.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
-
Mengatakan bahwa rasa sakit
telah terkontrol
-
Klien merasa nyeri berkurang
atau hilang
-
Klien dapat istirahat dengan
tenang dan tampak rileks
-
Tanda fisik nyeri tidak ada
Intervensi :
a.
Kaaji derajat ketidaknyamanan
melalui isyarat verbal dan non verbal, perhatikan pengaruh budaya dan respon
nyeri.
R/ : tindakan
dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa lalu,
memahami perubahan fisiolagis dan latar belakang budaya
b.
Catat karakteristik, lokasi dan
intensitas nyeri.
R/ : untuk
kebutuhan atau efektifitas intervensi
c.
Kaji tanda-tanda vital,
perhatikan takikardi, peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal
adanya rasa sakit.
R/ : dapat
mengidentifikasi rasa sakit akut dan ketidaknyamanan
d.
Kaji penyebab ketidaknyamanan
yang mungkin selain dari prosedur operasi
R/ :
ketidaknyamanan mungkin disebabkan atau diperburuk dengan penekanan pada
pemasangan kateter, pemasangan infuse.
e.
Berikan informasi mengenai
sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
R/ : pahami
penyebab ketidaknyamanan
f.
Lakukan posisi sesuai petunjuk
misalnya, semifowler atau miring
R/ : mungkin
mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi fowler dapat
mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung atritis, sedangkan miring
mengurangi tekanan dorsal.
g.
Dorong menggunakan teknik
relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
R/ : lepaskan
tegangan otot, tingkatkan perasaan control yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
h.
Berikan obat analgesik sesuai
petunjuk
R/ : analgesik
akan segera mencapai pusat rasa sakit, menimbulkan penghilangan yang lebih
efektif.
- Resiko gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d pembatasan pemasukan peroral.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperwatan selama 3x24 jam volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Mempertahankan atau menunjukkan perubahan
keseimbangan cairan, dibuktikan oleh keluaran urine yang adekuat, tanda-tanda
vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
a.
Awasi tanda vital, pengisian kapiler,
status membrane mukosa, turgor kulit.
R/ : indikasi
keadekuatan volume sirkulasi. Hipotensi ortostatikdapat terjadi dengan resiko
jatuh atau cidera segera setelah perubahan posisi.
b.
Awasi jumlah dan tipe masukan
cairan. Ukur haluaran urine dengan akurat.
R/ : pasien
tidak mengkonsumsi cairan sama sekali mengakibatkan dehidrasi atau mengganti
cairan untuk masukan kaloriyang berdampak pada keseimbangan elektrolit.
c.
Identifikasi rencana untuk
meningkatkan atau mempertahankan kesimbangan cairan optimal misalnya jadwal
masukan cairan.
R/ : melibatkan
pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairan.
d.
Kaji hasil tes elektrolit
R/ : perpindahan
cairan elektrolit, penurunan fungsi ginjal dapat meluas mempengaruhi
penyembuhan pasien atau prognosis dan memerlukan intervensi tambahan.
e.
Berikan atau awasi
hiperaligmentasi IV
R/ : tindakan
darurat untuk memperbaiki ketidakseimbangan cairn atau elektrolit.
- Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan makanan tidak adekuat.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : pola diet dengan masukan kalori adekuat
untuk meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
a.
Kaji peristaltik usus halus
klien
R/ : kembalinya
peristaltik usus menandakan keadekuatan system gastrointestinal setelah
diistirahatkan karena anestesi.
b.
Pantau keadekuatan intake
perparenteral
R / : pengganti
masukan peroral melalui perparenteral selama bising usus belum kembali normal
c.
Berikan masukan peroral bila
peristaltik baik dan tidak ada kontra indikasi
R / : latihan
dimulai dari yang halus sampai akhirnya yang lebih kasar
- Resiko terhadap infeksi b.d kerusakan kulit akibat pembedahan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam infeksi dapat teratasi.
Kriteria hasil : meningkatkan penyembuhan luka dengan
benar, bebas tanda infeksi / inflamasi.
Intervensi :
a.
Kaji tanda dan gejala infeksi
R / : untuk menegakkan suatu intervensi
b.
Rawat luka dengan prosedur
aseptic
R/ : menurunkan resiko infeksi
c.
Awasi tanda-tanda vital.
Perhatikan demam,menggigil dan lain-lain.
R/ : dugaan adanya infeksi
d.
Kolaborasi pemberian antibiotic
sesuai indikasi
R/ : untuk menurunkan penyebaran infeksi
- Risiko tinggi gangguan perfusi jaringan b.d perdarahan pasca operasi
Tujuan :setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan adekuat
Kriteria hasil : tanda-tanda vital stabil, adanya denyut
nadi perifer yang kuat, kulit hangat, kesadaran normal.
a.
Pantau tanda vital
R/ : indicator
keadekuatan perfusi sistemik, kebutuhan cairan atau darah.
b.
Inspeksi balutan dan pembalut
perineal, perhatikan warna dan jumlahnya.
R/ :
memperkirakan pembalut darah besar untuk sisi operasi dan atau potensial
perubahan mekanisme pembekuan.
c.
Ubah posisi secara perlahan
ditempat tidur dan pada saat pemindahan
R/ : mekanisme
vasokonstriksi ditekan dan akan bergerak dengan cepat pada kondisi hipotensi
d.
Bantu dengan ambulasi awal
R/ :
meningkatkan sirkulasi dan mengembalikan fungsi normal organ
e.
Cegah dengan menggunakan bantal
yang diletakkan dibawah lutut. Ingatkan pasien agar tidak menyilangkankaki atau
duduk dengan kaki tergantung lama
R/ : mencegah
terjadinya sirkulasi vena statis dan menurunkan risiko tromboflebitis
f.
Kaji ekstremitas bagian bawah
seperti adanya eritema, tanda Homan positif
R/ : sirkulasi
mungkin harus dibatasi untuk beberapa posisi selama proses operasi, sementara
itu obat-obatan anestesi dan menurunkanaktivitas dengan mengganggu tojisitas
vasomotor, kemungkinan bendungan vaskuler dan peningkatan risiko pembentukan
thrombus.
g.
Kolaborasi pemberian cairan IV
atau produk-produk darah sesuai kebutuhan.
R/ :
mempertahankan volume sirkulasi mendukung terjadinya perfusi jaringan.
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya interupsi mekanis pada kulit tau jaringan.
Tujuan : seterlah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam integritas kulit dapat teratasi
Kriteria hasil : Terjadi penyembuhan luka Mendemonstrasikan
tingkah laku / teknik untuk meningkatkan kesembuhan dan untuk mencegah
koplikasi.
Intervensi :
a.
Beri penguatan pada balutan
awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptic yang ketat.
R/ : Lindungi
luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang
dapat menyebabkan ekskoriasi.
b.
Secara hati-hati lepaskan
perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut padawaktu mengganti.
R/ : Mengurangi
risiko trauma kulit dan gangguan pada luka
c.
Gunakan sealant/barier kulit
sebelum perekat jika diperlukan. Gunakan
perekat yang halus/ silk (hipoalergenik) untuk membalut luka yang membutuhkan
pergantian balutan yang sering.
R/ : Menurunkan resiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan
memberikan perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus.
d.
Periksa tegangan balutan. Beri perekat
pada pusat incisi menuju ke tepi dati balutan luka. Hindai menutup pada seluruh
ekstremitas.
R/ : Dapat
mengganggu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal dari
ekstremitas.
e.
Periksa luka secara teratur,
catat karakteristik dan integritas kulit.
R/ : Pengenalan
akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara
dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius
f.
Kaji jumlah dan karakteristik
cairan luka.
R/ : Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses penyembuhan,
apabila pengeluaran cairan terus menerus atau adanya eksudat yang bau
menunjukkan terjadinya komplikasi
g.
Pertahankan ketepatan salran
pengeluaran cairan, berikan kantong penampung cairan pada drain/insisi yang
mengalami pengeluaran yang berbau.
R/ : Failitasi
letak kantong dekat luka, menurunkan risiko terjadinya infeksi dan kecelakaan
secara kimiawi pada jaringan / kulit
h.
Tinggikan daerah opersi sesuai
dengan kebutuhan.
R/ :
Meningkatkan pengembalian aliran vena dan menurunkan pembentukan edema.
i.
Tekan arealatau insisiabdominal
dan dada dengan menggunakan bantal selama batuk atau bergerak.
R/ :
Menetralisasi tekanan pada luka, meminimalkan risiko terjadinya ruptur/dehidens
j.
Ingatkan pasien untuk tidak
menyentuh daerah luka
R/ : Mencegah
kontaminasi luka
k.
Biarkan terjadi kontak antara
luka dengan udara sesegera mungkin tutup dengan kain kasa tipis/bantalan sesuai
kebutuhan.
R/ : Membantu
mengeringkan luka dan memfasilitasi proses penyembuhan luka. Pemberian cahaya
mungkindiperlukan untuk mencegah iritasi bila tepi luka/sutura bergesekan
dengan pakaian/linen.
l.
Bersihkan permukaan kulit
dengan menggunakan hidogen peroksida atau dengan air yang mengalir dan sabun
lunak setelah daerah insisi ditutup.
R/ : Menurunkan
kontaminasi kulit, membantu dalam membersihkan eksudat.
m.
Berikan es pada daerah luka
jika dibutuhkan.
R/ : Menurunkan
pembentukan edema yang mungkin menyebabkan tekanan yang tidak dapat
diidentifikasi pada luka selama periode pasca opersi tertentu.
n.
Gunakan korset pada abdomen
bila dibutuhkan.
R/ : Memberi
pengencangan tambahan pada insisi yang berisiko tinggi ( misalnya pada pasien
yang obesitas
o.
Iriigasi luka dengan
menggunkana debridement sesuai kebutuhan.
R/ : Membuang
jaringan nekrotik/luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
p.
Tingkatkan tirah baring atau
duduk. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi pengunjung sesuai keperluan.
R/ :Meningkatkan
ketenagan dan istirahat. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
q.
Ubah posisi dengan sering.
Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ : Meingkatkan
fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan
risiko kerusakan jaringan.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatn selama 3x24 jam tidak terjadi intoleransi aktifitas
Kriteria hasil : Menunjukkan teknik/ perilaku yang
memampukan kembali melakukan aktivitas, melaporkan kemampuan melakukan
peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
a.
Tingkatkan tirah baring atau
duduk. Berikan lingkungan yang tenang. Batasi pengunjung sesuai keperluan.
R/ :Meningkatkan
ketenagan dan istirahat. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan.
b.
Ubah posisi dengan sering.
Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ : Meingkatkan
fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan
risiko kerusakan jaringan.
c.
Tingkatkan aktivitas sesuai
toleransi, Bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif
R/ :
Meningkatkan ketenagan dan istirahat. Menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan.
- Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan mempunyai anak.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam harga diri meningkat
Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan diri pada situasi
dan adaptasi terhadap perubahan pada citra tubuh
Intervensi :
a.
Dorong penggunaanteknik
manajemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi.
Berikan aktivitas hiburan yang tepat, contohnya menonton TV, mendengarkan radio
atau membaca.
R/ :
Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kemabali perhatian
dan dapt meningkatkan koping.
b.
Berikan waktu untuk
mendengarkanmasalah dan ketakutan pasien dan orang terdekat. Diskusikan
persepsi diri pasien sehubungan denganantisipasi perubahan dan pola hidup
khusus.
R/ : Memberikan
minat dan perhatian; memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahn konsep,
contoh wanita tajut kehilangan kewanitaannya dan seksualitasnya, peningkatan
berat badan dan perubahan tkarena menopause.
c.
Kaji strss emosi klien.
Identifikasi kehilangan pada klien / orang terdekat. Dorong klien untuk
mengekspresikan dengan tepat.
R/ : Perawat
perlu menyadari apakah arti tindakan ini terhadap pasien untuk menghindari
tindakan kurang hati-hati atau terlalu menyendiri. Wanita merasa takut akan
ketidakmampuan memenuhi peran reproduksi dan mengalami kehilangan.
d.
Berikan informasi akurat,
kuatkan informasi yang didapat sebelumnya.
R/ : Memberikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi.
e.
Ketahui kekuatan individu, dan
identifikasi perilaku koping positif sebelumnya.
R/ : Membantu
dalam membuat kekuatan yang telah ada bagi klien untuk digunakan dalam
situasisaat ini.
f.
Berikan lingkungan terbuka pada
klien untuk mendiskusikan masalah seksualitas.
R/ :
Meningkatkan saling berbagi keyakinan / nilai tentang subyek sensitive dan
mengidentifikasi kesalahan konsep/ mitos yang dapt mempengaruhi penilaian
situasi
g.
Perhatikan perilaku menarik
diri, menganggap diri negatif, penggunaan penolakan atau terlalu memasalahkan
perubahan actual/ yang ada.
R/ :
Mengidentifikasi tahap kehilangan/ kebutuhan intervensi.
h.
Rujuk konseling ke professional
sesuai kebutuhan ( kolaborasi
R / : Mungkin
memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi perasan kehilangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar