Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah yang dipakai
untuk menyatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Istilah :
1.
Asymptomatic Significant
Bacteriuria (ASB) ialah bacteriuria yang bermakna tanpa disertai gejala.
2. Bacterial Cystitis adalah syndrome yang
terdiri dari :
a. Sedikit waktu kencing.
b. Sering kencing (siang maupun malam).
3. Abacterial Cystitis (Urethra Syndrom)
adalah syndrom yang terdiri dari :
a. Sedikit waktu kencing.
b. Sering kencing tanpa disertai bakteri di
dalam kandung kemih.
Etiologi
Penyebab terbanyak ISK adalah
Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke
sistem saluran kemih. Dari gram negatif ternyata E. Coli menduduki tempat
teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan
Pseudomonas.
Jenis Coccus Gram-positif
lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococcus dan Stapilococcus
aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia
lanjut dengan hipertrophi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter.
Bila ditemukan S. aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen
dari ginjal. Demikian juga dengan pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi
saluran kemih dari jalur hematogan dan
pada kira-kira 25% pasien dengan tipoid dapat diisolasi salmonilla pada urin.
Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalan hematogen ialah brusela,
nokardia, aktinormises, dan mycobacterium tuberkolosae.
Virus sering juga ditemukan
dalam urintanpa gejala ISK akut. Adenovirua tipe 11 dan 12 diduga sebagai
penyebab sistitis hemoragik. Sistitis hemoragik dapat juga disebabkan oleh
Scistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Kandida merupakan
jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter,
pasien DM atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spktrum luas.
Patogenesis
Masuknya mikroorgaisme dalam
saluran kemih dapat melalui :
þ Penyebab endogen yaitu kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat.
þ Hematogen
þ Limfogen
þ Eksodan sebagai akibat pemakaian alat
berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK
ialah Hematogen dan Asending, tetapi dari kedua cara ini asendinglah yang
paling sering terjadi.
Gejala Klinis
Gejala klinis ISK tidak khas
dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan
ialah disuria, polaki suria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi
bersamaan. Nyeri supra pubik dan daerah pelvis. Polikisuria terjadi akibat
daerah kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa
yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria yaitu kencing yang susah dan
disertai kejang otot pinggang yang sering ditemukan pada sistitis akut.
Tenesmus ialah nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah
kosong. Nokturia adalah cenderung sering kencing pada malam hari akibat
kapasitas kandungkemih menurun. Sering juga ditemukan enuresis nokturnal
sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, prostatismus yaitu kesulitan memulai
kencing dan kurang deras arus kencing. Nyeri urethra, kolo\ik ureter dan
ginjal.
Gejala klinis ISK sesuai
dengan bagian kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
1. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien
biasanya berupa rasa sakit atau panas di urethra sewaktu kencing dengan air
kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah supra pubik.
2. Pada ISK bagian atas dapat ditemukan
gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak,
atau nyeri pinggang.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
a. Leukosuria
b. Hematuria
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Tes kimiawi
4.
Tes Plat-Celup (Dip-slide)
5.
Pemeriksaan radiologist dan
pemeriksaan lainnya.
|
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/
dorongan kontraksi uretral
2. Eliminasi urine : perubahan b/d iritasi
uretral
3. Kekurangan volume cairan : resiko tinggi
terhadap b/d nousea vomitus sekunder terhadap iritasi saraf abdominal
Fokus Intervensi
1. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/
dorongan kontraksi uretral
Tujuan :
Nyeri klien berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam, dengan kriteria hasil :
þ Melaporkan nyeri hilang dengan spasme
terkontrol
þ Tampak relaks, mampu tidur/istirahat
dengan tepat
þ Menunjukkan perilaku mengontrol nyeri
Intervensi :
a. Catat lokasi, lama intensitas, dan
penyebaran. Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi,
gelisah, merintih, menggelepar.
Rasional :
Membantu mengevaluasi tempat
obstruksi. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha,
genitalia, sehubungan dengan praksimitas
saraf pleksus dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
hebat dapat mencetuskan ketakutan, gelisah, dan ansietas berat.
b. Anjurkan melakukan tindakan untuk kenyamanan,
contoh pijatan punggung, lakukan istirahat.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi,
menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan koping.
c. Bantu dan dorong penggunaan napas
berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktifitas terapeutik.
Rasional :
Mengarajkan kembali perhatian
dan membantu dalam relaksasi otot.
2. Eliminasi urine : perubahan b/d iritasi uretral
Tujuan :
Eliminasi urine kembali
seperti biasa setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, dengan
kriteria hasil :
þ Berkemih dengan jumlah normal dan pola
biasanya.
þ Tak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi :
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan
karakteristik urine.
Rasional :
Memberikan informasi tentang
fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Perdarahan
dapat mengindikasikan npeningkatan obstruksi dan iritasi ureter.
b. Tentukan pola berkemih klien dan
perhatikan variasi.
Rasional :
Kalkulus dapat menyebabkan
eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
Biasanya frekuensi atau urgensi meningkat bila kalkulus mendekati pertemuan
uretrovesikal.
c. Dorong peningkatan masukan cairan.
Rasional :
Peningkatan
hidrasi membilas bakteri, darah dan debris.
d. Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan
penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung.
Rasional :
Retensi urine dapat terjadi,
menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) dan resiko infeksi, gagal
ginjal.
Daftar Pustaka
Barbara C. Long (1996). Konsep Medikal Bedah 2: Volume 1. C. V Mosby Company St. Louis. USA
Carpenito,
Lynda Jual, RN. M. S. N (2000). Diagnosa Kepeawatan: Edisi
Kedelapan. Penerjemah Yasum Asin, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Carpenito,
Lynda Jual. (!998). Diagnosa Keperawatan:Buku Saku:
Edisi Kedelapan. Penerjemah Yasin Asin, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
John Gibson. Diagnosa Gejala Klinis Penyakit:
Yayasan Essentra Medika, Yogyakarta
Mansyoer Arif, dll. (1999). Kapita Selekta
Kedokteran: Edisi 3, FKUL, Medika Aesculapius, Jakarta
Noer, Sjarfullah Prof. Dr. H. M (1996). Ilmu
Penyakit Dalam: Edisi III. Balai Penerbit FKUL. Jakarta
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi
3, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar