Sabtu, 19 Januari 2013

INFEKSI SALURAN KEMIH


Pengertian
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Istilah :
1.      Asymptomatic Significant Bacteriuria (ASB) ialah bacteriuria yang bermakna tanpa disertai gejala.
2.      Bacterial Cystitis adalah syndrome yang terdiri dari :
a.          Sedikit waktu kencing.
b.      Sering kencing (siang maupun malam).
3.      Abacterial Cystitis (Urethra Syndrom) adalah syndrom yang terdiri dari :
a.          Sedikit waktu kencing.
b.      Sering kencing tanpa disertai bakteri di dalam kandung kemih.

Etiologi
Penyebab terbanyak ISK adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif ternyata E. Coli menduduki tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas.
Jenis Coccus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococcus dan Stapilococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hipertrophi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter. Bila ditemukan S. aureus dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen dari ginjal. Demikian juga dengan pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih dari jalur hematogan  dan pada kira-kira 25% pasien dengan tipoid dapat diisolasi salmonilla pada urin. Bakteri lain yang dapat menyebabkan ISK melalui jalan hematogen ialah brusela, nokardia, aktinormises, dan mycobacterium tuberkolosae.
Virus sering juga ditemukan dalam urintanpa gejala ISK akut. Adenovirua tipe 11 dan 12 diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sistitis hemoragik dapat juga disebabkan oleh Scistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Kandida merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang mendapat pengobatan dengan antibiotik spktrum luas.

Patogenesis
Masuknya mikroorgaisme dalam saluran kemih dapat melalui :
þ   Penyebab endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat.
þ   Hematogen
þ   Limfogen
þ   Eksodan sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah Hematogen dan Asending, tetapi dari kedua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi.

Gejala Klinis
Gejala klinis ISK tidak khas dan bahkan pada sebagian pasien tanpa gejala. Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polaki suria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan. Nyeri supra pubik dan daerah pelvis. Polikisuria terjadi akibat daerah kandung kemih tidak dapat menampung urin lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga sering kencing. Stranguria yaitu kencing yang susah dan disertai kejang otot pinggang yang sering ditemukan pada sistitis akut. Tenesmus ialah nyeri dengan keinginan mengosongkan kandung kemih meskipun telah kosong. Nokturia adalah cenderung sering kencing pada malam hari akibat kapasitas kandungkemih menurun. Sering juga ditemukan enuresis nokturnal sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, prostatismus yaitu kesulitan memulai kencing dan kurang deras arus kencing. Nyeri urethra, kolo\ik ureter dan ginjal.
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian kemih yang terinfeksi sebagai berikut :
1.      Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau panas di urethra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah supra pubik.
2.      Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri pinggang.
Pemeriksaan Diagnostik
1.      Urinalisis
a.       Leukosuria
b.      Hematuria
2.      Bakteriologis
a.       Mikroskopis
b.      Biakan bakteri
3.      Tes kimiawi
4.      Tes Plat-Celup (Dip-slide)
5.      Pemeriksaan radiologist dan pemeriksaan lainnya.





















Makanan terkontaminasi salmonella


Mulut


HCL (lambung)
 
Pathways











 










 











Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/ dorongan kontraksi uretral
2.      Eliminasi urine : perubahan b/d iritasi uretral
3.      Kekurangan volume cairan : resiko tinggi terhadap b/d nousea vomitus sekunder terhadap iritasi saraf abdominal

Fokus Intervensi
1.      Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi/ dorongan kontraksi uretral
Tujuan :
      Nyeri klien berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, dengan kriteria hasil :
þ   Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol
þ   Tampak relaks, mampu tidur/istirahat dengan tepat
þ   Menunjukkan perilaku mengontrol nyeri
Intervensi :
a.       Catat lokasi, lama intensitas, dan penyebaran. Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih, menggelepar.
Rasional :
Membantu mengevaluasi tempat obstruksi. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia,  sehubungan dengan praksimitas saraf pleksus dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat mencetuskan ketakutan, gelisah, dan ansietas berat.
b.      Anjurkan melakukan tindakan untuk kenyamanan, contoh pijatan punggung, lakukan istirahat.
Rasional :
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningkatkan koping.
c.       Bantu dan dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktifitas terapeutik.
Rasional :
Mengarajkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.

2.      Eliminasi urine : perubahan b/d iritasi uretral
Tujuan :
Eliminasi urine kembali seperti biasa setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, dengan kriteria hasil :
þ   Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya.
þ   Tak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi :
a.       Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine.
Rasional :
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Perdarahan dapat mengindikasikan npeningkatan obstruksi dan iritasi ureter.
b.      Tentukan pola berkemih klien dan perhatikan variasi.
Rasional :
Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi atau urgensi meningkat bila kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal.
c.       Dorong peningkatan masukan cairan.
Rasional :
Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris.
d.      Selidiki keluhan kandung kemih penuh; palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung.
Rasional :
Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) dan resiko infeksi, gagal ginjal.






Daftar Pustaka


Barbara C. Long (1996). Konsep Medikal Bedah 2: Volume 1. C. V Mosby Company St. Louis. USA
Carpenito, Lynda Jual, RN. M. S. N (2000). Diagnosa Kepeawatan: Edisi Kedelapan. Penerjemah Yasum Asin, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Jual. (!998). Diagnosa Keperawatan:Buku Saku: Edisi Kedelapan. Penerjemah Yasin Asin, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
John Gibson. Diagnosa Gejala Klinis Penyakit: Yayasan Essentra Medika, Yogyakarta
Mansyoer Arif, dll. (1999). Kapita Selekta Kedokteran: Edisi 3, FKUL, Medika Aesculapius, Jakarta
Noer, Sjarfullah Prof. Dr. H. M (1996). Ilmu Penyakit Dalam: Edisi III. Balai Penerbit FKUL. Jakarta
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar